![]() |
Tidak seperti halnya ikan mas, ikan patin, udang windu, ikan lele dan
lobster air tawar, pengembangan usaha budidaya sidat di Indonesia masih
sulit dilaksanakan, apalagi penyediaan benih ikan ini betul-betul
tergantung alam. Pemeliharaan benih sidat di kolam-kolam belum popular,
karena ikan ini karnivor dan kanibal.
Benih yang didapat dari alam ditampung dan diberi makan cacing
halus. Umumnya, hasil budidaya sidat ini diekspor. Tujuan ekspor benih
sidat ke luar negeri, terutama Jepang, negeri yang perikanan sidatnya
sudah sangat maju tetapi sangat membutuhkan benih cukup banyak. Untuk
menambah pengetahuan dan alih teknologi, berikut diterangkan budidaya
sidat yang dilakukan di Jepang.
* PENYEDIAAN PAKAN
Sebelum mengumpulkan benih sidat, persediaan pakan harus disiapkan
terlebih dahulu. Sebelum pakan buatan ditemukan, ikan rucah digunakan
sebagai pakan sidat.
Pakan buatan yang tersedia adalah dalam bentuk tepung.
Untuk ransum makanan, pakan buatan dicampur air dengan rasio 1 : 1.
kadang-kadang, dapat juga ditambah obat-obatan dan cacahan ikan runcah.
Campuran pakan ini diaduk sehingga berbentuk adonan dan segera
diberikan kepada sidat sebelum menjadi keras.
Kandungan protein yang dibutuhkan dalam pakan elver,
sidat muda dan dewasa berturut-turut adalah 55,50 dan 45%. Sedangkan
kandungan lemak dalam ransum makanan pada umumnya 3%. Ransum makanan
yang diberikan sebanyak 2-6% berat total tubuh sampai ikan tumbuh
menjadi 40g, kemudian ransum makan yang diberikan hanya 1-3% berat total
tubuh.
Peternak harus mengamati aktivitas makan sidat dengan
cermat dan mengatur ransum makanan sehingga sidat dapat mengkonsumsi
semua pakan dalam satu jam atau lebih baik lagi dalam waktu 30 menit.
Pakan buatan haru disimpan di tempat dingin dan kering, dalam cold
strorage (ruang pendingin), dan pakan yang baru harus dibeli setiap satu
atau dua minggu dari pabriknya.
* PENGUMPULAN BENIH SIDAT
Elverdikumpulkan dari daerah muara sungai ketika mereka mulai
beruaya ke arah sungai, yaitu saat akhir musim gugur sampai musim dingin
di Jepang. Nelayan mengumpulkan elver dengan seser atau jarring
penangkap serta menggunakan lampu untuk menarik perhatiannya. Ukuran
mata jaring alat tangkap tersebut adalah 0,7-1,0 mm. Elver yang
terkumpul kadang disimpan dalam kandang elver, yaitu kotak kayu yang
mempunyai saringan di dasarnya. Ketika elver mencapai kepadatan
tertentu, mereka dipindahkan ke bak-bak pemeliharaan. Elver harus
ditangani dengan hati-hati untuk mencegah kematian karena luka-luka.
Ukuran elver adalah 0,15-0,2g berat tubuh dengan panjang total 50-60 cm.
* PEMELIHARAAN ELVER DAN SIDAT MUDA
Peternak sidat membeli elver dari pemasok. Elver yang akan dibeli
diperiksa dahulu untuk meyakinkan bahwa benih sidat tidak luka,
berpenyakit, atau lemah. Terkadang, elver direndam dalm larutan obat
beberapa saat, guna mencegah pertumbuhan bakteri patogen, sebelum
dimasukan ke bak pemeliharaan.
Elver dipelihara di dalam bak berkapasitas 30-50m²
dengan kedalaman 50-70 cm. Bak-bak diletakkan di dalam ruangan. Tiga
atau empat hari pertama, anak sidat ini harus aklimatisasi sesuai
kondisi bak-bak tanpa pemberian pakan. Jika suhu air akan ditingkatkan
sampai optimum (25-28ÂșC di Jepang), harus dilakukan bertahapselama
aklimatisasi. Perubahan mendadak menyebabkan tekanan fisiologik.
Cacing tubificid (tubifisid) merupakan makanan terbaik
bagi pemeliharaan awal elver. Untuk beberapa hari, cacahan
tubificiddiberikan disekeliling dinding bak, sehingga semua elver
memperoleh kesempatan untuk memangsa ransum yang tersedia. Setelah itu,
area pemberian pakan dipersempit sampai pakan hanya diberikan sepanjang
satu penampangdinding. Dengan cara ini, anak sidat dilatih untuk makan
di tempat dan waktu yang telah ditentukan.
Dalam waktu dua sampai empat minggu, ransum makanan
diberikan dua kali sehari, subuh dan petang hari, pada suatu tempat
berpenarangan lampu 20-40 watt. Waktu makan secara perlahan dialihkan
ke siang hari. Meski sidat telah terbiasa makan siang hari, pakan tetap
diberikan dua atau tiga kali sehari selama dua sampai tiga bulan.
Setelah dua atau tiga minggu dari awal pemberian pakan,
cacahan daging ikan dan pakan buatan mulai dicampur dengan cacing
tubificid. Jumlah pakan buatan dalam pakan campuran tersebut
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya hanya pakan buatan
yang diberikan.
Beberapa peternak tetap memberikan campuran cacahan ikan
dan pakan buatan sampai sidat berbobot 1g. Ketika sidat masih kecil,
pasta makanan disediakan agak lunak. Setelah sidat tumbuh lebih besar,
diberikan pasta agak padat.
Padat penebaran elver biasanya berkisar antara 150g/m²
dan 300g/m². Kelulushidupan elver sampai berat tubuh 1g adalah 80-90%.
* PEMBESARAN
Setelah anak sidat dapat menerima ransum makanan yang terdiri dari
pakan buatan saja, pemilahan sidat pertama kali dilakukan. Semua sidat
dari dalam bak dikumpulkan melalui pipa pengeluaran ke dalam keranjang
dan dipindahkan ke jaring kurung kecil di bak lain.
Sidat yang besar dipisahkan, yang lebih kecil
dipindahkan ke bak-bak budidaya untuk pembesaran lebih lanjut.
Kemudian, pemilahan dilakukan setiap 40 hari.
Pemilahan yang sering dilakukan memiliki beberapa manfaat, yaitu memungkinkan
mengetahui persediaan sidat yang dibudidaya, meningkatkan efisiensi
pakan dengan mengurangi kemungkinan pakan yang tersisa, memungkinkan
pengamatan kondisi sidat secara cermat, dan dapat benar-benar
membersihkan bak-bak budidaya.
Adonan pakan buatan, kini, diberikan satu kali sehari
sebanyak 1-3% berat total tubuh dalam bak budidaya. Kepadatan ideal
untuk sidat berbobot 10g adalah 3 sampai 6 kg/m² dan untuk sidat besar,
9-21kg/m².
Sisa bahan organic yang tertimbun di pusat bak karena
pergerakan air harus dibersihkan dengan cara disedot setiap pagi dan
sore. Pengelolaan air budidaya dilakukan dengan cermat sepanjang musim
dingin untuk menjaga air tetap bersih dan hangat (dengan memanaskan air
sampai suhu optimal), sementara pergantian air dilakukan sesedikit
mungkin untuk efisiensi biaya pemanasan.
* PANEN DAN PEMASARAN
Setelah lima bulan dibudidaya, sidat yang tumbuh cepat telah
mencapai ukuran jual. Sidat tersebut tetap dapat dipanen untuk
dipasarkan. Sidat yang dipanen diletakkan di dalam keranjang plastik.
Keranjang ini diletakkan di dalam bak berisi air dengan sirkulasi.
Pakan tidak diberikan selama satu hari sebelum pengangkutan ke pasar.
Untuk pengangkutan selama lima sampai 10 jam dapat
digunakan keranjang plastik, yaitu 10 keranjang yang berisi 4-5kg sidat
ditumpuk dan air dingin dipancurkan di atas tumpukan keranjang tersebut.
Satu keranjang berisi 1-2kg es batu kemudian diletakkan di atas
tumpukkan tersebut. Tumpukkan tadi kemudian dimuat ke atas truk dengan
ditutup kain kanvas.
Untuk jarak jauh, yang memerlukan waktu 20 sampai 30
jam, sidat dikemas dalam kantong plastik lapis dua berkapasitas 8 liter,
diisi 1-2 liter air, 0,5-1kg es batu dan gas oksigen. Satu kantong
dapt diisi 5-10kg sidat. Biasanya, dua kantong dikemas dalam satu kotak
Styrofoam.
B. BUDIDAYA IKAN SIDAT PADA JARING APUNG:
SUMBER: Dinas Perikanan Provinsi Jabar, 2008
1. PENDAHULUAN
Ikan Sidat (anguilla bicolor), termasuk famili Anguillidae, ordo
Apodes. Di Indonesia diperkirakan paling sedikit terdapat 5 (lima) jenis
Ikan Sidat, yaitu : Anguilla encentralis, A. bicolor bicolor, A.
borneonsis, A. Bicolor Pacifica, dan A. celebensis.
Ikan Sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga
mencapai dewasa, setelah itu Ikan Sidat dewasa beruaya ke laut dalam
untuk melakukan reproduksi. Larva hasil pemijahan akan berkembang, dan
secara berangsur-angsur terbawa arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang
telah mencapai stadia elver (glass eel) akan beruaya dari perairan laut
ke perairan tawar melalui muara sungai.
Ruaya anadromus larva Sidat (elver) berhubungan dengan musim.
Diperkirakan ruaya larva Ikan Sidat dimulai pada awal musim hujan, akan
tetapi pada musim tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat
mempengaruhi intensitas ruayanya.
Ikan Sidat termasuk ikan karnivora. Di perairan umum Ikan Sidat
memakan berbagai jenis hewan, khususnya organisme benthik seperti
crustacea (udang dan kepiting), polichatea (cacing, larva chironomus dan
bivalva serta gastropods). Aktivitas makan Ikan Sidat umumnya pada
malam hari (nokturnal).
Ikan Sidat telah dibudidayakan secara intensif di Eropa khususnya di
Norwegia, Jerman dan Belanda serta Asia, yaitu : Jepang, Taiwan dan
China daratan. Di negara-negara lain seperti Australia, Indonesia dan
beberapa negara Eropa dan Afrika Barat umumnya produksi Ikan Sidat masih
mengandalkan dari hasil penangkapan di alam.. Ikan Sidat dapat
dibudidayakan di dalam ruangan tertutup (indoor) dan di luar ruangan
(outdoor). Di Indonesia dengan suhu lingkungan yang relatif konstan
sepanjang tahun maka pemeliharaan Ikan Sidat dapat dilakukan di luar
ruangan (out door).
Secara praktis Ikan Sidat dapat dibudidayakan di kolam tanah
berdinding bambu, kolam beton (bak beton), pen dan keramba faring apung.
Apa pun jenis wadah yang digunakan dalam budidaya Ikan Sidat yang hamus
diperhatikan adalah bagaimana mencegah lolosnya ikan dari media
budidaya.
2. LINGKUNGAN PERAIRAN YANG DIKEHENDAKI UNTUK BUDIDAYA IKAN SIDAT
a. Suhu.
Pada pemeliharaan benih Ikan Sidat lokal, A. bicolor bicolor, suhu terbaik untuk memacu pertumbuhan adalah 29°C.
b. Salinitas.
Pada pemeliharaan Ikan Sidat lokal.,, A. bicolor bicolor (elver),
salinitas yang dapat memberikan pertumbuhan yang baik adalah 6 - 7 ppt.
c. Oksigen Terlarut.
Kandungan oksigen minimal yang dapat ditolelir oleh Ikan Sidat berkisar antara 0,5 - 2,5 ppm.
d. pH.
pH optimal untuk pertumbuhan Ikan Sidat adalah 7 - 8.
e. Amonia (N H3- N) dan Nitrit (No2-N)
Pada konsentrasi amonia 20 ppm sebagian Ikan Sidat yang dipelihara
mengalami methemoglobinemie dan pada konsentrasi 30 - 40 ppm seluruh
Ikan Sidat mengalami methemoglobinemie.
3. KEBUTUHAN NUTRIEN
Seperti halnya jenis ikan-ikan lain, Ikan Sidat membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Kadar protein pakan optimal adalah 45% untuk ikan bestir (juvenil) dan sekitar 50% untuk ikan kecil (fingerling).
4. BUDIDAYA IKAN SIDAT PADA JARING APUNG
a. Jaring Apung.
Satu unit jaring apung memiliki empat kolam berukuran 7 x 7 m,
dengan jaring berukuran 7 x 7 x 2,5 m dan mata jaring 2,5 inchi. Untuk
menghindari lolosnya ikan, disekeliling tepian kolam bagian atas diberi
penutup dari hapa dengan lebar 60 cm.
b. Benih Ikan Sidat.
Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) berbobot 15 - 20 gram per ekor
dengan panjang 20-30 cm.. Benih Ikan Sidat diperoleh dari Pelabuhan Ratu
hasil tangkapan nelayan di perairan umum.
c. Padat Penebaran.
Setiap kolam ditebar 100 kg benih Ikan Sidat.
d. Pakan.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pasta dengan kandungan :
■ Protein 47,93%
■ Lemak 10,03%
■ Seratkasar 8,00%
■ BETN 8,32%
■ Abu 25,71%
Pakan diberikan sebanyak 3% dari berat total ikan Konvensi pakan sebesar 1,96.
Dengan konvensi tersebut akan diperoleh laju perturnbuhan
rata-rata 1,46`% dengan mortalitas 9,64 %.
e. Masa Pemeliharaan dan Panen.
Pemeliharaan Ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung selama 7 - 8 bulan, dan masa. panen secara bertahap dapat dimulai pada masa pemeliharaan 4 bulan.
Ukuran Ikan Sidat yang, dipanen dapat - mencapai ukuran. konsumsi yaitu 180 - 200 gram per ekor.
Pemeliharaan ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung merupakan
salah satu alternatif dalam rangka penganekaragaman budidaya ikan pada
kolam keramba jaring apung. Namun dalam penerapannya masih perlu
diperhatikan kondisi serta kualitas perairan umum yang dipergunakan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar